BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG MASALAH
Kacang hijau
merupakan salah satu bahan makanan terpopuler di indonesia. Dalam bahasa latin
kacang hijau di sebut phaseolus radiatus linn dapat di temui
hampir di seluruh wilayah Indonesia, tumbuh di daerah yang beriklim tropis.
Banyak sekali manfaat kacang hijau karena tingginya kandungan protein nabati
dari kacang hijau setelah kacang kedelai dan kacang tanah. Kacang hijau dapat
di sajikan dengan cara di rebus, di makan langsung atau di jadikan bubur.
Kacang hijau yang telah di rebus hingga matang juga bisa di tumbuk halus dan
dijadikan isi onde - onde, bakpau atau gandasturi. Kacang hijau juga dapat di
jadikan tepung yang biasa di sebut tepung hunkwe, tepung ini biasa di gunakan
dalam pembuatan berbagai jenis kue, es krim tradisional, dan soun.
Kacang hijau sangat mudah
berkecambah yang biasa kita kenal sebagai tauge. Kecambah kacang hijau banyak
sekali mengandung enzim aktif, salah satunya adalah enzim amilase yang membantu
metabolisme karbohidrat. Kelebihan dari kacang hijau, walaupun direbus lama (
sampai hancur ) khasiat kacang hijau tidak berkurang dan tidak terpengaruh
panas. Berbeda dengan bahan makanan yang lain seperti sayur, buah, dan ramuan
tradisional lainnya yang apabila direbus terlalu lama akan menurunkan khasiat
obatnya.
Kandungan gizi
yang terdapat dalam 110 gr kacang hijau adalah 345 kalori, 22,2 gr protein, 1,2
gr lemak, dan sisanya berupa vitamin A, vitamin B1, fosfor, zat besi, mangan.
Selain enak dan banyak mengandung banyak vitamin dan mineral manfaat kacang
hijau juga dapat mengobati berbagai macam penyakit seperti beri -beri, radang
ginjal, tekanan darah tinggi, keracunan alkohol dan pestisida, mengurangi gatal
karena biang keringat, muntaber, menguatkan fungsi limpa dan lambung, impotensi,
TBC, jerawat, mengatasi flek hitam di wajah, dan menurunkan demam.
Dengan kandungan
gizi dan manfaat dari kacang hijau untuk kesehatan yang begitu banyaknya,
sehingga tak heran jika banyak warga Indonesia yang menanam dan mengkonsumsi tanaman
kacang hijau. Biji dan kecambah dari tanaman ini sangat mudah kita jumpai di
pasar-pasar baik tradisional hingga pasar modern. Tentu ada diantara kita yang
berfikiran bahwa mengapa kita tidak menanam sendiri kacang hijau daripada harus
susah-susah pergi ke pasar hanya untuk membeli sedikit kacang hijau untuk
dimakan.
Untuk mengatasi
hal tersebut penulis menerbitkan proposal
yang berjudul “Pengaruh pemberian sekam pada pertumbuhan benih kacang
hijau” demi memenuhi tuntutan sebagian orang yang ingin menanam sendiri kacang
hijau. Segala sesuatu tentang penanaman kacang hijau dengan membandingkan pemberian
sekam dan tanah biasa akan dikupas lebih detail dalam proposal ini. Penulis
hanya berharap semoga proposal ini dapat berguna kedepannya. Aamiin.
B. IDENTIFIKASI
MASALAH
Berdasarkan
Latar Belakang Masalah dapat di identifikasikan sebagai berikut :
1. Mengenal
lebih dekat berbagai bahan yang digunakan untuk menanam benih kacang hijau,
2. Bagaimana
pengaruh dari bahan yang digunakan untuk menanam benih kacang hijau,
3. Apa
saja faktor yang mendukung pertumbuhan benih kacang hijau,
4. Dan
yang terpenting adalah bagaimana kita dapat merawat tumbuhan kacang hijau agar
dapat mendatangkan keuntungan bagi kita.
C. PEMBATASAN
MASALAH
Berdasarkan
Latar Belakang Masalah pembataskan
masalah penelitian sebagai berikut :
Penelitian
dibatasi sebagai berikut:
1. Tumbuhan
kacang hijau yang digunakan adalah jenis kacang hijau parkit dengan tempat
pemiliknya adalah Bp. Azis Eko
2. Sekam
yang digunakan adalah sekam bakar dengan tempat pemiliknya Bp. Azis Eko di daerah Surakarta.
D. RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan Latar Belakang Masalah rumusan masalah
penelitian sebagai
berikut :
Apakah
ada pengaruh pemberian sekam pada pertumbuhan benih kacang hijau di perkebunan
milik Bp. Azis Eko di daerah Surakarta ?
E. TUJUAN
PENELITIAN
Berdasarkan
Latar Belakang Masalah tujuan
penelitian sebagai berikut :
Tujuan dilakukan penelitian ini
adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pemberian sekam terhadap
pertumbuhan benih kacang hijau milik Bapak Azis Eko.
F. MANFAAT PENELITIAN
Berdasarkan
Latar Belakang Masalah manfaat
penelitian sebagai berikut :
1. Untuk menanggulangi pertumbuhan
tanaman Kacang Hijau milik Bapak Azis.
2. Untuk memperbaiki kualitas benih
kacang hijau, ini juga dapat memberi keuntungan bagi Bapak Azis
3. Untuk membuat tanaman Bapak Azis
lebih subur.
BAB
II
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESA
A.
KAJIAN
TEORI
1.
Pengertian sekam
Sekam adalah
bagian dari bulir padi-padian (serealia) berupa lembaran yang kering, bersisik, dan tidak dapat dimakan, yang
melindungi bagian dalam (endospermium dan embrio). Sekam dapat
dijumpai pada hampir semua anggota rumput-rumputan (Poaceae), meskipun pada beberapa jenis budidaya ditemukan pula variasi bulir tanpa
sekam (misalnya jagung dan gandum). Dalam pertanian, sekam dapat dipakai sebagai campuran pakan, alas kandang, dicampur di
tanah sebagai pupuk, dibakar, atau arangnya dijadikan media tanam.
Secara anatomi, sekam terbentuk dari bagian perhiasan bunga padi-padian
(spikelet) yang disebut gluma, palea, dan lemma. Pada tongkol jagung konsumsi, ketiga bagian ini tereduksi sehingga tampak
seperti sisik pada permukaan tongkol. Pada padi, gluma mirip seperti dua duri
kecil di bagian pangkal. Palea adalah bagian penutup yang kecil, sedangkan
lemma adalah bagian penutup yang besar dan pada varietas tertentu memiliki
"bulu" (awn).
Pada bunga gandum, ketiga bagian ini berkembang baik.
Sekam diperlukan untuk keperluan penanaman ulang tanaman ini. Bulir tanpa
sekam (disebut beras untuk padi) tidak dapat digunakan sebagai bahan tanam,
kecuali pada kultivar tanpa sekam.
Bulir dari
berbagai tanaman pangan yang didomestikasi memiliki sekam yang mudah lepas.
Tipe-tipe primitif padi, gandum, serta beberapa biji-bijian lainnya bijinya
cenderung tertutup rapat oleh sekam. Kultivar-kultivar modern gandum dan padi memiliki sekam yang mudah lepas
atau mudah dipecah ketika digiling. Proses pemisahan sekam dari isinya dulu
dilakukan dengan penumbukan gabah memakai
alat tumbuk (biasanya berupa alu dengan
pemukulnya). Pada masa kini orang memakai mesin giling dan prosesnya disebut penggilingan. Penggilingan atau
penumbukan akan menghasilkan beras yang masih tercampur dengan sisa-sisa sekam
atau pengotor lainnya. Tahap pembersihan berikutnya adalah pengayakan; secara
tradisional dilakukan dengan melemparkannya ke udara sehingga bagian yang lebih
berat terpisah dari bagian yang ringan. Sekam tidak sama dengan bekatul (atau bran). Bekatul termasuk bagian dari endospermium dan
terbentuk dari lapisan aleuron.
Sekam tidak dapat dimakan. Ia
digunakan terutama sebagai alas kandang karena sangat higroskopis sehingga
menyerap cairan atau kelembaban. Beberapa hewan dapat menoleransi sekam
sehingga campuran pakannya mengandung sekam. Selain itu, sekam dapat dibakar di
ladang untuk dicampurkan ke tanah. Suatu teknik hidroponik murah telah dikembangkan menggunakan arang sekam
sebagai media untuk menahan tanaman.
2.
Pengertian Kacang Hijau
Kacang hijau adalah sejenis tanaman
budidaya dan palawija yang dikenal luas
di daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan(Fabaceae) ini memiliki banyak manfaat dalam kehidupan
sehari-hari sebagai sumber bahan pangan berprotein nabati tinggi. Kacang hijau
di Indonesia menempati urutan
ketiga terpenting sebagai tanaman pangan legum, setelah kedelai dan kacang tanah.
Bagian paling bernilai
ekonomi adalah bijinya. Biji kacang hijau direbus hingga lunak dan dimakan sebagai bubur atau dimakan langsung. Biji matang yang digerus dan dijadikan
sebagai isi onde-onde, bakpau, atau gandas
turi. Kecambah kacang hijau menjadi sayuran yang umum dimakan di
kawasanAsia Timur dan Asia Tenggara dan dikenal
sebagai tauge. Kacang hijau bila direbus cukup lama akan pecah dan pati yang terkandung dalam bijinya akan keluar dan mengental,
menjadi semacam bubur. Tepung biji kacang hijau, disebut di pasaran sebagai tepung
hunkue, digunakan dalam pembuatankue-kue dan cenderung membentuk gel. Tepung ini juga dapat diolah menjadi mi yang dikenal sebagai soun.
3. Budi daya kacang
hijau
a.
Penggunaan Varietas Unggul
Menurut
Balitkabi (2005), semua varietas kacang hijau yang telah dilepas cocok di tanam
di lahan sawah. Namun, untuk daerah endemik penyakit embun tepung dan bercak
daun (Cercospora) dianjurkan menanam
varietas Sriti, Kenari, Atman: Teknologi Budidaya Kacang Hijau (Vigna radiata
L.) di Lahan Sawah ISSN
1412-583891Perkutut, Murai, dan Kutilang. Pada Tabel 3 disajikan keunggulan
beberapa varietas unggul yangtelah dilepas. Diharapkan petani mempunyai banyak
pilihan dalam menggunakan varietas kacang hijau yang mereka sukai. Tabel 3. Keunggulan beberapa varietas unggul
kacang hijau. Varietas Keunggulan Sriti Tipe determinet; produktivitas
rata-rata 1,58 t/ha; warna biji hijau kusam; ukuran biji besar (6,0-6,5 g/100
biji); toleran penyakit embun tepung dan bercak daun; umur panen 60-65 hari.
Murai Tipe determinet; produktivitas rata-rata 1,5 t/ha (rentang hasil 0,9-2,5
t/ha); warna biji hijau kusam; ukuran biji besar (6 g/100 biji); tahan penyakit
bercak daun; umur panen 63 hari. Perkutut Tipe determinet; produktivitas
rata-rata 1,5 t/ha (rentang hasil 0,7-2,2 t/ha); warna biji hijau mengkilat;
ukuran biji sedang (5 g/100 biji); tahan penyakit embun tepung dan agak tahan
penyakit bercak daun; umur panen 60 hari. Kutilang Tipe determinet;
produktivitas rata-rata mencapai 2,0 t/ha; biji berwarna hijau mengkilat;
ukuran biji besar (6 g/100 biji); tahan penyakit embung tepung; umur panen
60-67 hari. Kenari Tipe tegak; determinet; produktivitas rata-rata 1,64 t/ha
(rentang hasil 0,8-2,4 t/ha); warna biji hijau mengkilat; ukuran biji besar
(6,7 g/100 biji); agak tahan penyakit bercak daun dan toleran penyakit karat;
umur panen 60-65 hari. Sampeong Hasil pemurnian varietas lokal Samsik dari Nusa
Tenggara; ukuran biji sangat kecil (2,5-3,0 g/100 biji) sehingga sesuai untuk
dibuat kecambah (tauge); produktivitas rata-rata 1,0 t/ha; umur panen 70-75
hari. Camar Berumur pendek (panen 60 hari); Produktivitas 1-2 t/ha; tahan
penyakit busuk daun dan bercak coklat; polong masak cukup seragam sehingga
panen dapat serempak; polong berada di
atas daun canopi sehingga memudahkan penen secara maksimal Sumber: BPTP NTB
(2002); Balitkabi (2005).
b.
Penyiapan lahan
Kacang
hijau dapat tumbuh pada semua jenis tanah sepanjang kelembaban dan tersedianya
unsur hara yang cukup. Untuk itu lahan yang akan dipergunakan harus
dipersiapkan sebaik-baiknya. Pada lahan sawah setelah panen padi, tidak perlu
dilakukan pengolahan tanah (tanpa olah tanah=TOT). Menurut Sunantara (2000) dan
Balitkabi (2005), jerami cukup dipotong pendek atau rata dengan tanah.
Sementara itu, pada lahan sawah yang sudah agak lama tidak ditanami perlu
dilakukan pengolahan tanah secara sempurna. Untuk menghindari air tergenang
pada musim hujan perlu dibuat saluran drainase dengan lebar dan kedalaman 20-30
cm dan jarak antar saluran maksimum 4 m (Balitkabi, 2004).
c.
Penanaman
Pada daerah endemis hama lalat bibit dan untuk
menghindari serangan semut maka terlebih dahulu benih dicampur dengan Marshal
25 ST (Carbosulfan) dengan takaran 10-15 g/kg benih atau Fipronil dengan
takaran 5 cc/kg benih. Penanaman dilakukan dengan sistem tugal sebanyak 2-3
biji/lubang dengan kedalaman 3-5 cm, kemudian ditutup dengan abu dapur/jerami
atau tanah halusl atau pupuk kandang. Kebutuhan benih berkisar 15-20 kg/ha.
Jarak tanam bervariasi, yaitu 40x10 cm (populasi 300.000-400.000 tanaman/ha)
pada musim hujan atau 40x15 cm (populasi 400.000-500.000 tanaman/ha) pada musim
kemarau (Balitkabi, 2005; Hilman, et
al., 2004). Balitkabi (2004) juga menyarankan jarak tanam mengikuti jarak
tunggul padi. Pada saat tanam, kelembaban Jurnal Ilmiah Tambua, Vol. VI, No.1,
Januari-April 2007: 89-95 hlm. ISSN 1412-5838 92. tanah tidak boleh terlalu
tinggi karena dapat menyebabkan biji busuk.
Penyulaman dapat dilakukan umur 7 hari (Tim Prima Tani, 2006). Menurut Hilman, et al. (2004), pada umumnya petani melakukan
penanaman benih kacang hijau sesudah padi dengan cara sebar benih sebelum atau
sesudah padi dipanen. Sebar benih kacang hijau setelah padi dipanen dilakukan
dengan atau tanpa pembabatan jerami, dan benih yang diperlukan berkisar 50-75
kg/ha.
d.
Pemupukan
Dalam
bertanam kacang hijau, petani jarang melakukan pemupukan. Cara ini juga
disarankan terutama pada lahan-lahan yang subur. Sedangkan pada tanah kurang
subur diberikan pupuk sebanyak 45 kg Urea + 45-90 kg SP36 + 50 kg KCl/ha
(Hilman, et al., 2004; Balitkabi, 2005). Sunantara (2000) menyarankan pemberian
pupuk sebanyak 50 kg Urea + 60 kg SP36 + 50 kg KCl/ha. Pupuk diberikan pada
saat tanam secara larikan di sisi lubang tanam sepanjang barisan tanaman. Bahan
organik berupa pupuk kandang sebanyak 15-20 t/ha atau abu dapur/abu hasil
pembakaran jerami sebanyak 5 t/ha sangat baik diaplikasikan untuk menutup
lubang tanam. Menurut Balitkabi (2004), cara ini dapat meningkatkan hasil
kacang hijau mencapai 1,5 t/ha.
e.
Penggunaan Mulsa Jerami (Sekam)
Penggunaan
mulsa jerami yang ditebar pada hamparan pertanaman kacang hijau secara merata
dapat mengurangi serangan hama lalat bibit, menekan pertumbuhan gulma, dan
memperlambat proses penguapan air tanah. Balitkabi (2005) dan Tim Prima Tani
(2006) menganjurkan penggunaan jerami dengan takaran sebanyak 5 t/ha.
f.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan tergantung dengan
pertumbuhan gulma. Sunantara (2000) menganjurkan umur 10-15 hari setelah tanam
(hst) dan 25-30 hst, dengan cara dikored atau menggunakan cangkul. Pada daerah
yang langka tenaga kerja dapat menggunakan herbisida pra tumbuh non selektif
seperti: Lasso, Paraquat, Dowpon, dan Goal dengan takaran 1-2 l/ha yang
diaplikasikan 3-4 hari sebelum tanam.
g.
Pengairan
Kacang
hijau termasuk tanaman yang toleran terhadap kekurangan air, yang penting tanah
cukup kelembabannya. Namun, bila tanah pertanaman kacang hijau kekeringan
sebaiknya segera diairi terutama pada periode kritis, yaitu: saat tanam, saat
berbunga (umur 25 hst), dan saat pengisian polong (umur 45-50 hst) (Sunantara,
2000). Untuk kacang hijau yang ditanam di tanah bertekstur ringan (berpasir),
umumnya pengairan dilakukan dua kali yaitu umur 21 dan 38 hst, sedangkan
pertanaman di tanah bertekstur berat (lempung), biasanya diperlukan pengairan
hanya satu kali (Balitkabi, 2005).
h.
Pengendalian Hama
Serangan
hama merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya hasil di tingkat petani.
Dilaporkan terdapat sebanyak 30 jenis serangga yang telah diketahui merupakan
hama kacang hijau dan 20 jenis digolongkan sebagai hama penting yang dapat
menurunkan kualitas tanaman kacang hijau. Hama ini menyerang seluruh bagian
tanaman kacang hijau sejak tanaman tumbuh sampai panen (Tengkano, 1986 cit
LPTP, 2000). Diantara hama penting kacang hijau tersebut adalah: lalat
bibit Ophyomia phaseoli, ulat
jengkal Plusia chalsites, kepik
hijau Nezara viridula, kepik coklat Riptortus linearis, penggerek polong (Maruca
testulalis dan Etiella spp.) dan kutu thrips (Hilman, et al., 2004). Menurut Nurdin (1994), di
Sumatera Barat hama utama yang menyerang tanaman kacang hijau adalah: lalat
bibit Ophyomia phaseoli, Aphid sp, belalang, ulat grayak Spodoptera
litura, ulat penggulung daun Lamprosema indicata, ulat jengkal Plusia chalsites, kepik hijau Nezara
viridula, kepik coklat Riptortus
linearis, dab penggerek polong Maruca testulalis. Atman: Teknologi Budidaya Kacang Hijau (Vigna
radiata L.) di Lahan Sawah ISSN
1412-583893. Pengendalian hama dapat dilakukan dengan menerapkan konsep
Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Penggunaan insektisida merupakan alternatif
terakhir bila cara lain tidak mangkus dalam mengendalikan hama. Insektisida
anjuran, antara lain adalah: Confidor, Regent, Curacron, Atabron, Furadan, atau
Pegassus dengan dosis 2-3 ml/l air dan volume semprot 500-600 l/ha (Balitkabi,
2005). Menurut Sunantara (2000), untuk
pengendalian lalat bibit, ulat daun maupun penggerek polong dapat digunakan
insektisida: Marshal, Fastac, Decis, Matador, dan Atabron. Sedangkan untuk
mengendalikan kutu dan kepik yang menyerang daun maupun polong dapat digunakan
insektisida: Decis, Basso, Kiltop, Ambush, dan Larvin. Waktu penyemprotan
insektisida tergantung populasi hama di lapangan. Bila populasi telah mencapai
ambang kendali, baru dilakukan penyemprotan.
i.
Pengendalian Penyakit
Penyakit
utama tanaman kacang hijau adalah bercak daun
Cercospora canescens, busuk batang, embun tepung Erysiphe polygoni, dan penyakit puru Elsinoe
glycines. Pengendalian dapat dilakukan dengan penyemprotan fungisida, seperti:
Benlate, Dithane M45, Baycor, Delsene MX200, atau Daconil pada awal serangan
dengan takaran 2 g/l air. Fungisida laian yang dapat mengendalikan penyakit
embun tepung dan bercak daun adalah hexakonazol yang diaplikasikan pada umur 4
dan 6 minggu untuk penyakit embun tepung atau 4, 5, dan 6 minggu untuk penyakit
bercak daun (Balitkabi, 2005). Sementara itu penyakit embung tepung juga dapat
dikendalikan dengan menggunakan varietas tahan, seperti: Sriti dan Kutilang.
Menurut Anwari dan Iswanto (2004), varietas Kutilang mempunyai tingkat
ketahanan lebih tinggi terhadap penyakit embun tepung. Penggunaan varietas
tahan dapat menggurangi pemakaian fungisida sehingga dapat menekan biaya
produksi dan secara tidak langsung juga melestarikan lingkungan.
B. KERANGKA BERFIKIR
Tumbuhan
kacang hijau akan subur atau berkecambah dengan cepat apabila adanya pemberian
sekam yang dicampur dengan pupuk secara teratur dan sesuai dengan komposisi
tanaman serta tanah. Berdasarkan pemikiran diatas dapat kita susun kerangka berfikir
sebagai berikut :
C. HIPOTESA
Berdasarkan
kerangka berfikir dapat disusun Hipotesa sebagai berikut :
1. Adanya pengaruh pemberian sekam pada pertumbuhan benih kacang
hijau di perkebunan Bp. Azis Eko, Surakarta,
2. Tidak terdapat pengaruh pemberian sekam pada pertumbuhan
benih kacang hijau di perkebunan Bp. Azis Eko, Surakarta.
BAB III
METODOLOGI
PENELITAN
A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan
dengan tempatnya di rumah Bp. Azis Eko di Surakarta pada tanggal 2 Februari
2011.
B. POPULASI DAN SAMPEL
§ Populasi adalah kelompok yang menjadi sasaran penelitian
yaitu subjek yang jumlahnya dapat atau tidak dapat diketahui. Contoh populasi
dari penelitian ini adalah kacang hijau dan sekam,
§ Sampel adalah bagian atau wakil dari populasi yang diteliti.
Contoh sampel dari penelitian ini adalah kacang hijau jenis parkit dan sekam
jenis sekam bakar.
C. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL
§ Variabel Respon
Perbedaan kecepatan perkecambahan
pada biji kacang hijau yang dukur setiap hari
§ Variabel Kontrol
Berupa jenis biji kacang hijau,suhu
ruangan,intensitas cahaya yang sama
D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
§ Teknik
angket
Teknik pengumpulan data yang berupa
suatu daftar yang berisi pertanyaan yang harus dijawab secara tertulis oleh
responden.
§ Teknik
pengamatan
Teknik pengumpulan data dengan cara
mengamati langsung kejadian di lapangan.
§ Teknik
wawancara
Teknik pengumpulan data dengan
berkomunikasi secara langsung antara peneliti dan sampel.
E. ANALISA DATA
Analisa data dalam penelitian ini
adalah analisa data kualitatif yaitu
membandingkan dua sampel yang berbeda.
F. RANCANGAN PENELITIAN
Rancangan penelitian yang dipakai
menggunakan rancangan eksperimen dengan rancangan eksperimen dengan rancangan
sebagai berikut :